Mengupas Kacamata Onde Sebagai Usaha Mengembangkan Sastra Anak

Kemunculan teori sastra sangatlah beragam. Salah satu yang berkembang di Indonesia yakni teori penerimaan pembaca atau disebut dengan resepsi sastra. Secara umum, estetika resepsi ini menekankan pada persoalan pembaca di mana hal ini lebih dekat pada persoalan interpretasi atau penafsiran. Ketika seseorang membaca suatu karya, pada dasarnya pembaca itu telah masuk ke dalam kajian estetika resepsi (Dwi Susanto, 2011:209).

Sambutan pembaca pun dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, antara lain kritik, rekreasi, dan sambutan psikologis. Penamaan “kritik” sendiri dimaksudkan sebagai sambutan yang dihadirkan oleh pembaca berupa tanggapan dan pemaknaan terhadap teks, baik tertulis maupun lisan.

Hans Robert Jauss, salah satu tokoh yang mempelopori teori estetika resepsi mengungkapkan bahwa karya sastra akan dianggap sebagai karya bila dia mendapat tanggapan dari pembaca melalui kegiatan membaca. Dalam gagasannya tersebut, ia memfokuskan pada cara pembaca dalam mengasimilasikan sebuah teks. Tujuh tesis yang berhubungan dengan realisasi tersebut telah diperkenalkan guna mendukung teorinya, yakni pengalaman membaca, horizon harapan, jarak estetik, semangat zaman, rangkaian sastra, sinkronik dan diakronik, dan sejarah khusus juga umum.

Dari penggabungan konsep dasar teori estetika resepsi dan pemikiran Hans Robert Jauss, berikut akan dipaparkan sebuah analisis berupa kritik yang menggunakan salah satu tesis, yakni mengenai horizon harapan. Karya yang menjadi objek adalah buku cerita anak berjudul Kacamata Onde terbitan Bilik Literasi Cilik.

Horizon harapan memberikan deskripsi resepsi dan pengaruh suatu karya di dalam sistem harapan yang dapat diwakili pada kemunculannya dalam diri pembaca. Karya sastra yang muncul tidak menghadirkan dirinya sebagai sesuatu yang baru sama sekali dalam sebuah kebisuan informasi. Namun, hal itu memengaruhi atau mengarahkan pembaca ke dalam sebuah resepsi yang sangat khusus melalui informasi, tanda-tanda yang jelas dan tidak jelas, karakteristik yang dikenali, ataupun sindiran-sindiran.

Kendati ditulis oleh tiga orang pengarang dewasa; Ririn Diah Utami, Dwi Supriyadi, dan Setyaningsih, Kacamata Onde yang memuat empat potong cerita sederhana ini dapat dikatakan sebagai buku sastra anak. Pengertian sastra anak adalah karya sastra yang ditulis baik oleh orang dewasa maupun anak-anak, hanya saja yang lebih disoroti di dalamnya adalah kandungan atau isi yang memuat cerita anak. Imajinasi menjadi hal kuat yang ditonjolkan, selain juga bercirikan dengan dunia yang lucu, indah, sederhana dan terdapat nilai pendidikan di dalamnya.

Masing-masing cerita yang disajikan dalam buku ini dilengkapi dengan gambar-gambar yang berwarna dalam bentuk ilustrasi. Kisah pembuka, Kacamata Onde—yang juga menjadi judul utama buku—mengisahkan tentang seekor gajah yang bernama Onde. Ia gajah periang dan baik hati yang suka menolong hewan lain. Akan tetapi, suatu hari Onde melakukan kesalahan yang tidak diketahuinya. Ia tidak sengaja menginjak rumah semut karena para semut berwujud sangat kecil. Setelah itu, semut menyarankan agar Onde memakai kacamata almarhum kakeknya. Onde pun menuruti saran tersebut sehingga ia bisa melihat betapa di bawah kakinya terdapat segerombol semut yang sangat kecil. Meski perbuatan itu tidak disengaja, Onde yang baik hati meminta maaf dan semut pun memahaminya dan berpesan agar Onde berjalan lebih hati-hati.

Dalam pengantar, dikatakan bahwa cerita anak sering kali menggunakan tokoh-tokoh binatang. Barangkali kecenderungan nenek moyang menceritakan kisah binatang selama ratusan tahun adalah salah satu penyebabnya. Mereka tidak bosan membacanya sebab terkadang binatang-binatang itulah yang akan mengajak manusia belajar banyak hal. Dalam cerita, binatang-binatang tersebut berperilaku sebagaimana manusia: berpakaian, makan, bekerja, dan bermain.

Meskipun alur serta konflik cerita tergolong sederhana, tetapi dalam setiap cerita, anak diharapkan mampu mengambil pesan moral yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain pesan tersirat yang menunjukkan bahwa seseorang mesti berbaik hati, misalnya dengan menolong sesama, mengakui kesalahan dan meminta maaf, cerita ini juga dapat diinterpretasi sebagai gambaran seorang pemimpin atau penguasa dalam tubuh gajah (ukurannya yang besar dibandingkan hewan lain, juga lebih mendominasi), sedang hewan lain seperti kura-kura, kancil, dan semut-semut sebagai rakyat atau berkedudukan di bawahnya.

Pemimpin yang bijak, tentunya mau mendengarkan keluhan rakyat dan mempertimbangkan saran sebagai perbaikan. Ia pun harus bertanggung jawab dan mengakui kelemahan seandainya memang bersalah. Sikap dari jiwa kepemimpinan tersebut dapat menjadi tuntunan bagi anak dalam bersikap, mengingat setiap orang adalah pemimpin setidaknya bagi dirinya sendiri. Tenggang rasa dengan saling menghargai tampak pada sikap Onde yang mau mengakui kesalahannya kemudian meminta maaf, juga kelapangan dada para semut yang berpikiran positif bahwa kelak, Onde akan berhati-hati lagi apabila sedang berjalan. Sebab ia sudah dapat melihat lebih jelas dengan kacamatanya. (Hlm.15)

Meski pada umumnya cerita anak ditujukan utamanya bagi anak-anak, namun dapat pula dibaca oleh para orang tua sebagai referensi dalam mengembangkan pola pembelajaran tersendiri. Sebab orang tua mesti pandai dalam memilih cara pengajaran terhadap anak. Terlebih di zaman sekarang, para anak telah menguasai dan/atau dikuasai oleh kecanggihan teknologi yang berdampak, salah satunya tergantikannya tradisi kelisanan, yakni dongeng.

Buku semacam ini dapat menjadi usaha dalam mengembalikan tradisi kelisanan yang dimunculkan melalui orang tua dengan kembali mendongengkan cerita untuk buah hatinya. Begitu juga bagi para anak, mereka dapat menumbuhkan budaya literasi dengan membaca dan menulis yang bermula dari cerita-cerita dongeng. Dan buku cerita yang dilengkapi dengan gambar-gambar ilustrasi, akan memperkuat imajinasi mereka. Beragam gambar dan rupa yang beraneka warna menjadi usaha alternatif supaya anak tidak mudah bosan saat menikmati bacaannya.

Selain gambar yang menjadi ilustrasi, ada yang tampak berbeda dari penulisan hurufnya. Meski ditulis—atau diketik—dengan bentuk (font) yang sama, namun terlihat ada beberapa kalimat yang ditulis dengan ukuran lebih besar berikut dengan ketebalannya. Hal itu menunjukkan penekanan pada dialog ataupun narasi tertentu yang dirasa penting. Bisa juga kalimat tersebut dikhususkan sebagai kalimat utama. Didukung oleh gambar yang menjadi latar halaman, pendeskripsian akan terbantu melalui percakapan antartokoh yang tercetak tebal. Secara keseluruhan, Kacamata Onde berisi cerita sederhana yang sarat akan pesan agar kita sebagai manusia berkehidupan dengan saling tolong-menolong, juga menumbuhkan sikap lapang dada dengan meminta maaf maupun memaafkan terhadap sesama.

Kedudukan sastra anak berkaitan dengan perkembangan anak di usia dini. Ketika anak suka membaca, maka sistem kognisi (kecerdasan), afeksi (emosi), dan psikomotorik (keterampilan) akan berkembang. Untuk dapat memunculkan ketiganya, bisa dilakukan melalui aktifitas membaca yang dibiasakan sehingga dapat dikembangkan sebagai suatu hobi. Dari aktivitas membaca, anak dapat mengembangkan rasa ingin tahu yang lebih, kemudian menggiringnya pada pencarian sehingga mereka dapat menggali ilmu dari persoalan yang didapati atau ditemuinya meskipun secara tidak langsung. Hal itu bisa didapatkan salah satunya melalui cerita dongeng di buku-buku anak [].

Daftar Pustaka

Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: Penerbit Buku Caps.

Utami, Ririn Diah dkk. 2018. Kacamata Onde. Karanganyar: Bilik Literasi Cilik.

← Back to portfolio

0 Comments Add a Comment?

Add a comment
You can use markdown for links, quotes, bold, italics and lists. View a guide to Markdown
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply. You will need to verify your email to approve this comment. All comments are subject to moderation.

Subscribe to get sent a digest of new articles by Aprilia Ciptaning Maharani

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.